Beranda | Artikel
Pandangan Syekh Ibnu Baz dalam Masalah Akidah dan Tauhid (Bag. 1)
Senin, 20 Juni 2022

Pendahuluan penerjemah

Bismillah. Alhamdulillah. Selawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Tulisan berikut ini kami terjemahkan dari sebuah kitab yang berjudul “Masa’il Al-Imam Abdil Aziz Ibn Baz rahimahullah” yang disusun oleh Syekh Dr. Muhammad bin Abdil Aziz bin Sa’d bin Sa’id hafizhahullah. Buku ini diberi kata pengantar oleh Syekh Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak dan Syekh Dr. Abdul Aziz bin Abdul Muhsin Al-‘Askar hafizhahumallah. Buku ini berisi komentar Syekh Ibnu Baz rahimahullah pada beberapa permasalahan agama. Komentar tersebut di antaranya berasal dari kajian-kajian beliau, tanya jawab, dan lain sebagainya. Komentar tersebut terkadang dalam bentuk perincian, penjelasan hukum terhadap sesuatu dan lain sebagainya yang disusun dalam bentuk poin per poin.

Sebenarnya ada 31 bab permasalahan yang dibahas dalam kitab ini. Namun, untuk memudahkan dan agar tidak terlalu panjang. Kami akan menerjemahkannya satu per satu. Pada kitab asli, ketika menyebutkan hadis, maka penulis menyertakan sanad lengkap perawi hadis tersebut. Namun, pada terjemahan ini, kami akan menyingkatnya dengan hanya menyebutkan sahabat yang meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan harapan agar menjadi lebih sederhana bagi para pembaca. Pada terjemahan ini kami juga menambahkan judul pada setiap poinnya, dan judul tersebut tidak ada dalam kitab aslinya.

Syekh Al-‘Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullah adalah seorang ulama besar di Arab Saudi yang juga pernah menjabat sebagai mufti Kerajaan Arab Saudi. Seorang alim, seorang zuhud, seorang ahli ibadah, dan seorang yang dermawan, semoga Allah merahmati beliau dan seluruh ulama kaum muslimin. Semoga Allah memberikan taufik dan petunjuk kepada kita semua untuk melakukan apa yang Dia cintai dan Dia ridai.

Baca Juga: Ngaji Aqidah Sampai Kapan?

Pendahuluan penulis

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, selawat dan salam semoga tercurah kepada pemimpin orang beriman di hari kiamat, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga juga tercurah kepada keluarganya dan semua sahabatnya. Wa ba’du.

Di antara bentuk mendekatkan diri kepada Allah adalah ketika seseorang sibuk melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk hamba Allah dalam urusan dunia dan akhirat mereka. Di antara bentuknya yang paling agung adalah menjelaskan ilmu syar’i kepada orang-orang yang membutuhkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

Siapa saja yang Allah kehendaki kebaikan, Dia akan pahamkan orang tersebut dengan urusan agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Karenanya, aku memohon pada Allah untuk memudahkanku dalam penulisan kitab ini yang aku ambil dari pengajian-pengajian bersama Syekh kami Al-‘Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullah dan juga dari pertemuanku dengan beliau. Aku lakukan ini dengan berharap pahala dan balasan dari Allah. Semoga Allah mejadikan apa yang aku tulis ini benar-benar ikhlas mengharap wajah-Nya yang mulia dan mendatangkan keridaan-Nya. Hanya Dialah yang bisa memberikan hal tersebut. Kepada Allah semata kita memohon pertolongan dan bersandar. Tidak ada daya dan upaya, melainkan hanya dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. [Ditulis oleh hamba yang mengharapkan ampunan Rabbnya, Dr. Muhammad bin Abdul Aziz bin Sa’ad bin Sa’id, Malam selasa 16 Rabi’ul Awwal 1426 H]

Orang bertauhid yang istikamah

Sebuah hadis dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz rahimahullah, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang akidah tauhid.

Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang berkata ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. (Aku bersaksi) bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, Isa adalah hamba-Nya, anak hamba perempuan-Nya, kalimat-Nya yang Dia berikan pada Maryam dan ruh dari-Nya, dan surga itu benar adanya dan neraka itu benar adanya’, maka Allah akan memasukkannya ke surga dari delapan pintunya yang mana saja dia mau.” (HR. Muslim)

Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Ahlu sunnah berpendapat bahwa keutamaan ini akan didapatkan oleh orang yang tidak terus-menerus bermaksiat. Dia berusaha menyempurnakan tauhid dan senantiasa istikamah.”

Baca Juga: Buku-Buku Dasar untuk Belajar Aqidah dan Tauhid

Pentingnya memberi nasihat

Sebuah hadis dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz rahimahullah, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang “Agama adalah nasihat”.

Dari Jarir radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Aku mem-bai’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk senantiasa menegakkan salat, menunaikan zakat, dan memberikan nasihat pada setiap muslim.” (HR. Muslim)

Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Hadis ini menunjukkan pentingnya memberikan nasihat, sampai-sampai ia dijadikan isi bai’at.”

Pelaku maksiat belum tentu kafir

Sebuah hadis dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz rahimahullah, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang “Iman berkurang dengan maksiat”.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seorang pezina ketika berzina tidak dalam keadaan beriman. Seorang pencuri ketika mencuri tidak dalam keadaan beriman. Seorang pemabuk ketika minum khamr tidak dalam keadaan beriman.

Kemudian Abu Hurairah juga menambahkan, “Seorang yang merampas sebuah barang berharga yang menyebabkan semua manusia melihatnya ketika dia melakukannya tidaklah dalam keadaan beriman.”

Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Ahlu sunnah wal jamaah berpendapat bahwa ini adalah sebuah ancaman. Seorang yang imannya sempurna tidak akan melakukan perkara-perkara ini. Dalam hadis ini pun terdapat bantahan bagi orang khawarij yang berpendapat bahwa pelaku maksiat itu kafir.”

[Bersambung]

Baca Juga:

***

Penerjemah: Amrullah Akadhinta, S.T.


Artikel asli: https://muslim.or.id/75758-pandangan-syekh-ibnu-baz-dalam-masalah-akidah-dan-tauhid-bag-1.html